Gejolak bisnis tata rias dan make up wajah
semakin cantik kini semakin berkembang. Selain keahlian, usaha ini juga
membutuhkan daya kreativitas yang tinggi dari sang perancang. Dengan
modal selalu menghasilkan inovasi karya-karya baru dan menarik, order
dijamin bakal tak pernah sepi sepanjang tahun.
Memiliki keahlian dalam merias tak bakal pernah sepi dari peminat. Point utama dari Bisnis tata rias
yang bisa dijalani memang rias kecantikan untuk pengantin, wisudawan,
dan kegiatan- seremonial lainnya. Kini dengan modal kreatif, banyak ahli
rias wajah merambah bisnis rias panggung. Perkembangan usaha ini juga tak luput dari terus berkembangnya bisnis
pertunjukan. Mulai dari pertunjukan musik, teater, dan seni lain.
Kemampuan untuk selalu berkreasi menjadi peluang baru untuk
mengembangkan bisnis ini.
Tengok saja usaha Neni Marthina asal dari Babakan Cibeureum, Ciamis,
Jawa Barat. Meski tinggal di Ciamis, perempuan 36 tahun ini menuturkan,
permintaan terhadap jasa tata rias panggung dan make up masih tetap
tinggi. Pasalnya, setiap orang yang selalu mengadakan acara-acara
tertentu, seperti pertunjukan teater, pesta sanggar, sunatan, dan
pernikahan, tetap membutuhkan jasa penata rias. Dalam kurun waktu sebulan, rata-rata Neni mendapat pesanan sebanyak
tujuh hingga delapan proyek. Sebagian besar order adalah untuk menghias
seniman berikut panggung pergelaran tari, pesta, dan sanggar. Nah, dalam sebulan tersebut, Neni bisa meraup omzet mencapai Rp 30
juta dengan laba bersih sekitar 50%. Tetapi, “Kadang-kadang, harga tata
rias tergantung kemampuan pelanggan,” ujarnya. Tak hanya itu, panggung -panggung pada acara pesta sunatan, teater,
dan wisuda siswa taman kanak-kanak (TK) pun membutuhkan jasanya. Dalam
satu proyek pertunjukan, ia mematok harga Rp 4 juta. Neni bilang, memerlukan ide yang superkreatif agar order terus
mengalir deras. Misalnya, saat menghias untuk acara wisuda anak TK, dia
akan berupaya menciptakan suasana sesuai dengan imajinasi anak-anak.
Ni Made Metriyani, pemilik Metri N@B di Bali, punya pengalaman lain.
Ia memilih spesialisasi tata rias acara pernikahan dan kegiatan upacara
ritual di Bali. Metri mulai usaha tata rias sejak 2010 di Denpasar. Adapun tata rias
panggung ia tekuni mulai 2011. Dara 23 tahun ini melihat prospek dan
permintaan tata rias dari insan hiburan terus meningkat. Karena itu, ia
berupaya berkembang dan menghasilkan karya baru. “Penata rias juga harus
mendalami ilmu tentang busana,” jelasnya. Untuk mengembangkan usahanya, Metri bekerja sama dengan event
organizer atau para make-up artis. Alhasil. Metri pun kini banyak
kebanjiran order acara fashion show yang cukup marak di Pulau Dewata. Dalam sebulan, ia bisa memperoleh 10 order, dengan banderol tiap
order antara Rp 500.000 – Rp 1 juta. Adapun rata-rata omzet per bulan
sekitar Rp 10 juta dan laba bersih lebih dari 60%. “Tata rias termasuk
bisnis kreatif sehingga marginnya cukup tinggi,” tuturnya.
Pengalaman Dewi Herawati, penata rias asal Bandung lain lagi. Ia mengaku lebih memilih spesialisasi merias karakter sesuai dengan peran yang akan dimainkan
oleh seorang pelaku dunia hiburan. “Rias karakter lebih sulit, misalnya,
bagaimana membuat orang yang sebenarnya masih muda tapi bisa terlihat
tua seperti nenek-nenek. Kita harus bisa membayangkan kerut-kerut di
pipi kan,” katanya. Dewi mematok tarif Rp 750.000 hingga Rp 1,5 juta untuk jasa rias
karakter yang biasa digunakan dalam pementasan teater. Karena, pesanan
rias karakter ini masih minim, dalam sebulan pendapatan bersih Dewi
hanya sekitar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta.
Anggra Septa penata rias profesional asal Jakarta, bilang, perlu ide kreatif yang tematik.
Ambil contoh, saat merias pesta Halloween, ia menampilkan karakter rias
ala kuntilanak atau boneka Chucky. Dengan begitu, order pun bisa terus
mengalir dari para pelanggan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar